Rabu, 14 Mei 2014

Makalah Psikologi agama tentang Remaja




MAKALAH
PSIKOLOGI AGAMA

” Psikologi Agama Pada Masa Remaja“

 Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama
Dengan Dosen Pembimbing H. Kusoy Anwaruddin, S.Ag,M.Si.

 

Disusun oleh:
             Nama       : ANGGI BARHAN
Fakultas    : Tarbiyah
Prodi  : PAI
   Semester   : VI (Enam)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SYAMSUL ‘ULUM

GUNUNGPUYUH SUKABUMI JAWA BARAT
2013/2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita selalu panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita semua sehingga penyusunan makalah ini dengan judul “Psikologi Pada Masa Remaja” dapat terselesaikan,  Shalawat serta salam selalu kita kirimkan kepada panutan dan tauladan hidup kita, yakni nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa hidup kita ini dari zaman kegelapan ke zaman terang-benderang.
Dalam penyusunan makalah ini. Penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Psikologi Agama Bapak H. Kusoy Anwaruddin,S.Ag,M.Si. yang telah mendukung pembuatan makalah  ini.
Sungguh merupakan suatu kebanggaan dari penulis apabila makalah  ini dapat terpakai sesuai fungsinya, dan pembacanya dapat mengerti dengan jelas apa yang dibahas didalamnya. Tidak lupa juga penulis menerima kritikan dan saran yang membangun, yang sangat diharapkan demi memperbaiki pembuatan makalah di kemudian hari.
                                                                                     
                                                                                        Sukabumi,13 mei2014



                                                                                                      Penulis





,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………...….. ….….I
DAFTAR ISI………………………………………………………..……...……II

BAB   I   PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang……………………………………………………...………... 1
B.  Rumusan Masalah…………………………………………………...……......2
C. Tujuan Makalah………………………………………………………….…..…2

BAB  II   PEMBAHASAN

A. Pengertian Remaja ………………………………….………………….....….…3
B. Aspek-Aspek Perkembangan Pada Fase Remaja………………………….....….4
C. Perkembangan Psikologi Pada Remaja…………………………….………..…..5
D. Perkembangan Sikap Agama Pada Masa Remaja…………………………...…..9

BAB  III PENUTUP

A.Kesimpulan………………………………………………………………..…......11
B. Saran……………………………………………………………………….....…11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….....…12



BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Secara psikologis kedewasaan adalah keadaan dimana sudah ada ciri – ciri psikologis tertentu pada seseorang. Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, masa remaja menduduki tahap Progesif (bergerak kearah yang lebih maju). Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya maka agama pada remaja turut dipengaruhi perkembangn itu. Penghayatan pada remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan factor – factor perkembangan tersebut. Maka dari itu penulis ingin membahas lebih lanjut lagi mengenai masa remaja ini, dengan batas bahasan meliputi apa pengertian dari remaja, bagaimana psikologi remaja dan bagaimana perkembangan jiwa keagamaan para remaja itu sendiri..
Karena Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Masa remaja adalah suatu periode peralihan diri dari masa kanak-kanak kepada masa dewasa. Masa remaja juga sebagai usia bermasalah. Akhirnya para remaja mengalami kesualitan dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi remaja menurut Rumke bersumber dari 3 masalah diantaranya:

1. Masalah individuasi : kesulitan daalam mewujudkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
2.  Regulasi : ketidak mampuan menyesuaikan diri dengan perubahan dibidang fisik dan seksualnya
3. Masalah Integrasi : kesulitan menyesuaikan sikap dan perilakunya dilingkungannya / mencari identitas dirinya.
Terutama sekali remaja sa’at ini sangat sulit memiliki sikap dan mental yang loyal dalam menjalani ajaran  agamanya terutama dalam menghadapi kehidupan di Era Globalisasi yang semakin menggerus nilai dan norma dalam beragama dikalangan remaja itu sendiri. Dengan harapan supaya bisa menambah pengetahuan mengenai hal ini. Dalam makalah ini penulis membatasi penulisan makalah pada perkembangan agama pada masa fase remaja
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan  dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari remaja ?
2. Apasaja aspek-aspek yang dapat mempengaruhi perkembangan remaja?
3. Bagaimanakah perkembangan psikologi pada remaja?
4. Bagaimanakah perkembangan jiwa keagamaan pada usia remaja?
C. Maksud dan Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari remaja itu sendiri.
2. Aspek-aspek apa saja yang berpengaruh terhadap remaja
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan psikologi pada remaja
4. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan jiwa keagamaan pada remaja



BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MASA REMAJA
Masa remaja atau yang sering dikenal dengan istilah “Adolesense” yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada ditingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integritas dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek afaktif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integritas dalam hubungan social dengan orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga
Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) Remaja adalah: Masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu:
Masa remaja awal, 12 - 15 tahun
Masa remaja pertengahan, 15 – 18 tahun
Masa remaja akhir, 18 – 21 tahun
Budaya kawula muda (Remaja) menekankan kesegaran dan kelengahan terhadap tanggung jawab orang dewasa. Budaya ini memiliki hirarki sosialnya sendiri, keyakinannya sendiri, gaya penampialannya sendiri, nilai-nilai dan norma perilakunya sendiri.
B. ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PADA FASE REMAJA

1. Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).
1.  Hormon – Hormon Seksual
Dalam perkembangan hormon - hormon seksual remaja, ditandai dengan cirri-ciri yaitu cirri-ciri seks rpimer dan sekunder.
a). Ciri-Ciri Seks Primer
Pada masa remaja primer ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis yaitu pada tahun pertama dan kedua. Kemudian tumbuh secara lebih lambat, dan mencpai ukuran matangnya pada usia 20 tahun. Lalu penis luai bertambah panjang, pembuluh mani dan kelenjar prostate semakin membesar. Matangnya organ-organ seks tersebut memungkinkan remaja pria (sekitar 14-15 tahun) mengalami “mimpi basah”.
Pada remaja wanita, kematangan orga-organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim vagina dan ovarium secara cepat pada masa sekitar 11-15 tahun untuk pertama kalinya mengalami “menarche” (menstruaasi pertama). Menstruasi awal sering disetai dengan sakit kepala, sakit punggung dan kadang-kadang kejang serta merasa lelah, depresi dan mudah tersinggung.
b). Ciri-Ciri Seks Sekunder
Pada remaja ditandai dengan tumbuhnya rambut pubik/bulu kopak disekitar kemaluan dan ketiak, terjadi prubahan suara, tumbuh kumis dan  tumbuh gondok laki / jakun. Sedangakan pada wanita ditandai dengan tumbuh rambut pubik/ bulu kapok disekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besar buah dada danbertambah besarnya pinggul.
C. PERKEMBANGAN PSIKOLOGI PADA REMAJA
1). Aspek Intektual
Perkembangan intelektual (kognitif) pada remaja bermula pada umur 11 atau 12 tahun. Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak lagi dilihat sebagai satu-satunya alternatif yang mungkin terjadi, misalnya aturan-aturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan aturan-aturan yang diberlakukan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal yang mungkin berubah. Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hipotesis dan kontrafaktual, yang nantinya akan memberikan peluang pada individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal.
2). Aspek Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini meliputi kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang lain, dan lain-lain.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Berikut ini ciri-ciri penyesuaian sosial remaja, diantaranya :
Di Lingkungan Keluarga
1) Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan saudaranya
2) Menerima otoritas orang tua (menaati peraturan orang tua)
3) Menerima tanggung jawab dan batasan (norma) keluarga
4) Berusaha membantu anggaran kalau sebagai individu atau kelompok
 Di Lingkungan Sekolah
1) Bersikap respek dan mentaati peraturan
2) Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah
3) Menjalin persahabatan dengan teman sebaya
4) Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau staf lain
5) Berprestasi di sekolah
Di Lingkungan Masyarakat
1) Respek terhadap hak-hak orang lain
2) Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya atau orang lain
3) Bersikap simpati dan menghormati terhadap kesejahteraan orang lain
4) Respek terhadap hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan masyarakat.
3) Aspek Emosi (Afektif)
Perkembangan aspek emosi berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun) pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (18– 21 tahun).
Pada masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua (ambivalensi) maka pada masa remaja akhir anak telah memiliki pendirian, sikap yang relatif mapan. Mencapai kematangan emosial merupakan tugas yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan-lingkungan keluarga dan teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut kondusif maka akan cenderung dapat mencapai kematangan emosional yang baik, seperti adolesensi emosi (cinta, kasih, simpati, senang menolong orang lain, hormat dan menghargai orang lain, ramah) mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, optimis dan dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar). Tapi sebaliknya, jika seorang remaja kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, maka cenderung mengalami perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional, sehingga remaja bisa berealisi agresif (melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, senang mengganggu) dan melarikan diri dari kenyataan (melamun, pendiam, senang menyendiri, meminum miras dan narkoba).
3)     Aspek Moral
Perkembangan moral pada remaja menurut teori Kohlberg menempati tingkat III: pasca konvensional stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara remaja dengan lingkungan sosial. Ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Pada tahap ini remaja lebih mengenal tentang nilai-nilai moral, kejujuran, keadilan kesopanan dan kedisiplinan. Oleh karena itu moral remaja harus sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial.
Selain itu peranan orang tua sangat penting. Dalam membantu moral remaja, orang tua harus konsisten dalam mendidik anaknya, bersikap terbuka serta dialogis, tidak otoriter atau memaksakan kehendak.
4) Aspek Bahasa
Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi baik alat komunikasi lisan, tulisan, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya lingkungan teman sebaya sedikit banyak lebih membentuk pola perkembangan bahasa remaja. Pola bahasa remaja lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya.
Pada umumnya remaja akhir lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu, menggemari literatur yang mengandung nilai-nilai filosofis, etnis dan religius. Penggunaan bahasa oleh remaja lebih sempurna serta perbendaharaan kata lebih banyak. Kemampuan menggunakan bahasa ilmiah mulai tumbuh dan mampu diajak berdialog seperti ilmuwan.


5) Aspek Agama
Pemahaman remaja dalam beragama sudah semakin matang, kemampuan berfikir abstrak memungkinkan remaja untuk dapat mentransformasikan keyakinan beragama serta mengapresiasikan kualitas keabstrakan Tuhan.

D. PERKEMBANGAN SIKAF AGAMA PADA MASA REMAJA

Terdapat empat sikap remaja dalam beragama, Diantaranya yaitu:
a) Percaya ikut- ikutan Percaya ikut-ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan agama secara sederhana yang didapat dari keluarga dan lingkungannya. Namun demikian ini biasanya hanya terjadi pada masa remaja awal (usia 13-16 tahun). Setelah itu biasanya berkembang kepada cara yang lebih kritis dan sadar sesuai dengan perkembangan psikisnya.
b) Percaya dengan kesadaran Semangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali tentang masalah-masalah keagamaan yang mereka miliki sejak kecil. Mereka ingin menjalankan agama sebagai suatu lapangan yang baru untuk membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama secara ikut-ikutan saja. Biasanya semangat agama tersebut terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun. Semangat agama tersebut mempunyai dua bentuk:
1) Dalam bentuk positif Semangat agama yang positif, yaitu berusaha melihat agama dengan pandangan kritis, tidak mau lagi menerima hal-hal yang tidak masuk akal. Mereka ingin memurnikan dan membebaskan agama dari bid’ah dan khurafat, dari kekakuan dan kekolotan.
2) Dalam bentuk negative Semangat keagamaan dalam bentuk kedua ini akan menjadi bentuk kegiatan yang berbentuk khurafi, yaitu kecenderungan remaja untuk mengambil pengaruh dari luar kedalam masalah- masalah keagamaan, seperti bid’ah, khurafat dan kepercayaan- kepercayaan lainnya.
c).Percaya, tetapi agak ragu- raguKeraguan kepercayaan remaja terhadap agamanya dapat dibagi menjadi dua:
1) Keraguan disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadinya proses perubahan dalam pribadinya. Hal ini merupakan kewajaran.
2) Keraguan disebabkan adanya kontradiksi atas kenyataan yang dilihatnya dengan apa yang diyakininya, atau dengan pengetahuan yang dimiliki.
d. Tidak percaya atau cenderung ateis Perkembangan kearah tidak percaya pada tuhan sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari masa kecil. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua, maka ia telah memendam sesuatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, selanjutnya terhadap kekuasaanapapun,termasukkekuasaanTuhan.




















BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Masa remaja adalah suatu periode peralihan diri dari masa kanak-kanak kepada masa dewasa. Semua individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
·       . Kadang-kadang sangat cinta dan percaya kepada-Nya, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh bahkan menentang motivasi beragama dalam diri remaja adalah bermacam-macam dan banyak yang bersifat personal. Adakalanya didorong oleh kebutuhan akan Tuhan sebagai pengendali emosional, adakalanya karena takut akan perasaan bersalah, dan pengaruh dari teman-teman di mana ia berkelompok.
Terdapat empat sikap remaja dalam beragama, yaitu: Percaya ikut- ikutan, Percaya dengan kesadaran, Percaya, tetapi agak ragu- ragu, dan Tidak percaya atau cenderung ateis
2. SARAN
Dalam perkembangan remaja merupakan salah satu perjalanan yang bisa mempengaruhi dalam kehidupannya, oleh sebab itu butuh arahan serta didikan agar bisa melewati masa-masa transisi itu dengan baik dalam fisik maupun psikis sehingga bisa mengatasi dan mengaplikasikan perubahan-perubahan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan bimbingan orang tua serta guru yang baik dalam mendidiknya, maka masa remaja akan menjadi masa emas di waktu dewasa.





DAFTAR PUSTAKA

Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1991.
http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/aspek-aspek-perkembangan-pada-masa.html
http://yusrin-orbyt.blogspot.com/2012/12/makalah-perkembangan-masa-remaja.html.
http://hera-orgen.blogspot.com/p/psikolofi-agama.html



0 komentar:

Posting Komentar